Mas Naja

www.masnaja.com

NEWS

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Saturday, March 24, 2018

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS/ WATERSHED/ CATCHMENT AREA)

1. Konsep DAS
Dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial Nomor: P. 3/V-Set/2013 Tentang Pedoman Identifikasi Karakteristik Daerah Aliran Sungai dinyatakan bahwa:
Berdasarkan kamus Webster (1966), Linsley (1975), Manan(1978), Soemarwoto (1982), Mangundikoro (1985), Salim (1985), Sandy (1985), Martopo (1985), Tejoyuwono (1985), Funawan (1991) diperoleh kesamaan batasan DAS, yaitu: “a river or drainage basin in the entire area drained by a stream on system of connecting streams such that all streamflow originating in the area discharged through a single outlet”.

Konsep yang lain menyatakan bahwa DAS memiliki 3 komponen utama yang menjadi ciri khas atau penciri utamanya, yaitu:
1. Suatu wilayah yang dibatasi oleh puncak gunung/bukit dan punggung/igir-igirnya.
2. Hujan yang jatuh di atasnya diterima, disimpan dan dialirkan oleh sistem sungai
3. Sistem sungai itu keluar melalui satu outlet tunggal

Selanjutnya Beberapa ahli DAS membuat suatu kesimpulan bahwa DAS merupakan:
1. Suatu wilayah bentang lahan dengan batas topografi,
2. Suatu wilayah kesatuan hidrologi, dan
3. Suatu wilayah kesatuan ekosistem
Dari ketiga konsep wilayah tersebut maka definisi DAS adalah Suatu wilayah kesatuan ekosistem yang batasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sedimen, polutan dan unsur hara dalam sistem sungai dan keluar melalui satu outlet tunggal. Istilah yang juga umum digunakan untuk DAS adalah daerah tangkapan air (DTA) atau catchment area atau watershed.


Dengan demikian suatu DAS atau watershed dapat dibagi menjadi beberapa sub DAS dan sub-sub DAS, sehingga luas DAS akan bervariasi dari beberapa puluh meter persegi sampai ratusan ribu hektar.


2. Karakteristik DAS
Karakteris DAS pada dasarnya meliputi 2 (dua) bagian, yaitu karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Karakteristik biogeofisik meliputi: karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan karakteristik kemampuan DAS.
b. Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan meliputi: karakteristik soaial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaab DAS.

2.1. Karakteristik meteorologi DAS
a. Curah hujan
Hujan merupakan input air yang masukdalam suatu DAS, oleh karena itu mengetahui besarnya curah hujan sangat penting.
b. Intensitas hujan
Intensitas hujan adalah Banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman.

2.2. Karakteristik morfologi DAS
a. Sifat geologi lahan
Sifat-sifat geologi lahan yang tercermin dalam litologi (jenis batuan), stratigrafi maupun struktur geologi akan sangat mempengaruhi keadaan dan potensi air permukaan dalam DAS tersebut.
b. Geomorfologi
Karakteristik geomorfologi akan mempengaruhi besarnya potensi limpasan permukaan, erosi, banjir dan tanah longsor yang terjadi di wilayah DAS. Variabel topografi dalam karakteristik DAS ini dibagi ke dalam 4 variabel, yaitu ketinggian DAS, orientasi DAS, kemiringan lereng DAS dan bentuk lereng DAS. Keempat variabel toppografi tersebutmempunyai peranan yang erat dengan proses terjadinya infiltrasi, limpasan permukaan dan erosi yang terjadi akibat air hujan yang turun.
c. Tanah
Tipe dan distribusi tanah dalam suatu daerah aliran sungai sangat berpengaruh dalam mengontrol aliran  bawah permukaan (subsurface flow) melalui infiltrasi. Variasi dalam tiipe tanah dengan kedalaman dan luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan kelembagaan tanah (soil moisture storage).
d. Pewilayahan DAS
Secara umum sustu DAS dibagi dalam 3 wilayah, yaitu wilayah hulu, wilayah tengah dan wilayah hilir. Ketiga wilayah tersebut memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda, yaitu:
  1. DAS daerah hulu didefinisikan sebagai daerah aliran yang terbatas pada bagian hulu, dimana >70% dari permukaan lahan DAS tersebutumumnya mempunyai kemiringan lahan >8%. Disini, aspek prioritas pemanfaatan lahan adalah konservasi tanah dan pengendalian erosi. Secara hidrologis, DAS bagian hulu bisanya membentuk daerah utama pengisian kembali curah hujan untuk airpermukaan dan air tanah dari DAS. (Sreening Study Brantas Watersheed).
  2. DAS bagian tengah didefinisikan sebagai aliran yang terbatas pada bagian tengah, dimana kurang lebih 50% dari permukaan lahan DAS tersebut mempunyai kemiringan lahan <8% serta dimana baik konservasi tanah maupun pengendalian banjir adalah sama pentingnya. Secara Hidrologis, DAS bagian tengah membentuk daerah utamatransisi cuarah hujan untuk air tanah. (Sreening Study Brantas Watersheed).
  3. DAS bagian hilir didefinisikan sebagai daerah aliran yang terbatas pada bagian hilir, dimana kurang lebih 70% permukaanlahannya mempunyai kemiringan <8%. Disini, pengendalian banjir dan drainage biasanya merupakan faktor-faktor yang terabaikan dalam pengembangan tata guna lahan. (Sreening Study Brantas watersheed).
2.3. Karakteristik morfometri DAS

a. Luas DAS
Semakin luas suatu DAS, hasil akhir (water yield) yang diperoleh akan semakin besar, karena hujan yang ditangkap juga semakin banyak.
b. Bentuk DAS
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai dan ketajaman puncak discharge banjir.
c. Pola aliran sungai
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai dan ketajaman puncak discharge banjir. Bentuk pola aliran (drainage pattern) ada bermacam-macam yang masing-masing dicirikan oleh kondisi yang dilewati oleh sungai tersebut.
Bentuk pola aliran yang biasa dijumpai ada tujuh jenis yaitu:
  1. Dendritik: seperti percabangan pohon, percabangan tidak teratur dengan arah dan sudut yang beragam. Berkembang di batuan yang homogeny dan tidak terkontrol oleh struktur, umumnya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal, atau pada batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
  2. Paralel: anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke laut. Berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal, sesar yang saling sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai.
  3. Radial: sungai yang mengalir ke segala arah dari sau titik. Berkembang pada vulkan atau dome.
  4. Trellis: percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-sungai utama sejajar atau hampir sejajar . Berkembang di batuan sedimen terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang lunak dan resisten.
  5. Annular: sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling anata lunak dan keras.
  6. Centripetal: sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera, karater atau cekungan tertutup lainnya.
  7. Multibasinal: percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkanhilang ke bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.
d. Jaringan sungai
Pola aliran atau susunan sungai pada suatu DAS merupakan karakteristik fisik setiap drainase basin yang penting karena pola aliran sungai mempengaruhi efisiensi sistem drainase serta karakteristik hidrografis dan pola aliran menentukan bagi pengelola DAS untuk mengatahui kondisi tanah dan permukaan DAS khususnya tenaga erosi.


2.4. Karakteristik hidrologi DAS
a. Limpasan permukaan
Limpasan permukaan (overland flow) merupakan bagian kelebihan hujan (excess rainfall) yang mengalir di permukaan lahan pada saat terjadi hujan, apabila hujan berhenti maka tidak terjadi lagi limpasan permukaan. Limpasan permukaan inilah yang menjadi tenaga penggerus/pengelupas lapisan tanah atas, pengangkut material tanah permukaan yang lepas atau yang dikenal dengan proses erosi permukaan oleh tenaga limpasan permukaan, yang kemudian membawanya ke dalam badan-badan air (sungai, rawa, danau, waduk dan laut/lautan) membentuk banjir kiriman (banjir limpasan) menyumbang banjir di sungai serta membawa lumpur yang menyebabkan pendangkalan atau dikenal dengan proses sedimentasi.
b. Debit maksimum
Perhitungan debit maksimum (banjir puncak, Qmaks) dilakukan pada mulut sungai dari DAS ataupun Sub DAS diestimasi berdasarkan pada nilai koefisien limpasan permukaan (C), Intensitas hujan (I) yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (Tc) dan luas DAS (A).

Qmaks: C.I.A
Dimana:
Qmaks: Debit maksimum (banjir puncak) (m3/detik),
C        : Koefisien limpasan permukaan, besarnya 278 untuk luas DAS/Sub-                    DAS (km2), dan 0,00278 untuk luas DAS/Sub-DAS (ha)
I         : Intensitas hujan yang lamanya sama dengan waktu konsentrasi (Tc)
            (mm/hari),
A        : Luas DAS (km2 atau ha tergantung koefisien C).

c. Debit minimum (Q min)
Perhitungan debit minimum (Qmin) di lapangan dilakukan pada mulut sungai dalam suatu DAS atau Sub-DAS dalam kondisi musim kemarau pada saat debit sungai terkecil. Pengukuran debit sungai terkecil (debit minimum) atau debit sungai saat ini pada saat tidak terjadi banjir dapat dirumuskan sebagai berikut.

Qmin= w.d.a.l/t
Dimana:
Qmin   : Debit sungai minimum (m3/detik),
W        : Lebar penampang  sungai rata-rata (m),
d         : Kedalaman air sungai rata-rata (m),
a         : Koefisien ekkasaran dasar penampang sungai rata-rata (%),
l/t        : Kecepatan aliran pada seksi sungai rata-rata (m/detik).

2.5. Karakteristik kemampuan DAS

a. Penutup lahan, Penggunaan lahan dan pemanfaatan lahan

Data penutup lahan (land cover), Penggunaan lahan (land use) dan pemanfaatan lahan (land utilization type) merupakan tingkatan atau strata data yang di sesuaikan  dengan kebutuhan dan skala penyajian yang diinginkan untuk tujuan pengelolaan DAS.

b. Daya dukung lahan DAS
Daya dukung lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk mendukung dalam alokasi pemanfaatan ruang/lahan dalam wilayah  DAS untuk tujuan penataan ruang yang sesuai dengan kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas daya tampung DAS (assimilative capacity).

2.6. Karakteristik sosial kependudukan DAS
a. Jumlah dan kepadatan penduduk agraris
Kepadatan penduduk geografis di suatu wilayah mempunyai pengaruh terhadap potensi kerusakan lingkungan termasuk terhadap kelestarian sumberdaya lahan
b. Kepadatan agraris
Kepadatan agraris merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga tani dengan luas lahan pertanian. Semakin tinggi kepadatan agraris semakin tinggi pula tekanan terhadap lahan pertanian.

2.7. Karakteristik sosial budaya DAS
Yang merupakan karakteristik sosial budaya DAS adalah tingkat pendidikan masyarakat dan kearifan/nilai-nilai lokal masyarakat.

2.8. Karakteristik sosial ekonomi DAS
Yang merupakan karakteristik sosial ekonomi DAS adalah mata pencaharian dan tingkat pendapatan masyarakat.

2.9. Karakteristik kelembagaan DAS
a. Peran lembaga pemerintah dalam konservasi DAS
Dengan adanya pengembangan kelembagaan diharapkan dapat menggerakkan  para pihak untuk berperan secara aktif  dalam pengelolaan lingkungan di suatu DAS.
b. Peran lembaga adat masyarakat dalam konservasi DAS
Sinergisme kelembagaan merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk memadukan kelembagaan sejenis anatar wilayah sedemikian rupa sehingga produk akhir yang akan dicapai oleh kelembagaan hasil perpaduan tersebut lebih apabila dibandingkan dengan produk akhir kinerja masing-masing kelembagaan  sebelum dipadukan.

3. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktifitasnya agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan. Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan antar komponen-komponen penyusun ekosistem  DAS (biogeofisik dan sosekbud) termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi serta sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian, implementasi/pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya-upaya pokok berikut:
  1. Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan (land use) dan konservasi tanah dalam arti yang luas.
  2. Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan, penggunaan dan pengendalian daya rusak air.
  3. Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi terestrial lainnya yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan terhadap tanah dan air.
  4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut berperan dalam upaya pengelolaan DAS.


Terimakasih telah mengunjungi website kami.
Jangan lupa berbagi, karena berbagi itu indah dan berpahala.
Semoga bermanfaat.

Post Top Ad

Your Ad Spot

Privacy